Anarkis,benarkah wajah demokrasi?
Adalah hal yang wajar bila pada era Reformasi dan sistem demokrasi apabila terjadi perbedaan pendapat,prinsip dan kebijakan.Adalah hal yang wajar pula perbedaan itu mengakibatkan aksi unjuk rasa dan demo untuk menyuarakannya.Namun ada juga hal yang sebenarnya tidak wajar tapi dianggap wajar dan cenderung dianggap sebagai jalan terbaik untuk menyuarakan sebuah aspirasi dan opini.Anarkis,hampir selalu menjadi bagian dan muara setiap aksi unjuk rasa dan aksi demo,baik itu oleh mahasiswa maupun elemen masyarakat lainnya.Tentu saja ini bukanlah trend positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Dalam kehidupan berdemokrasi memang sudah menjadi hal yang lumrah jika terjadi kritik untuk suatu kebijakan ataupun perbedaan yang disalurkan melalui unjuk rasa dan aksi demo.Seharusnya ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa untuk mencari solusi yang tepat dan tanpa menimbulkan masalah baru.
Tak ada aksi anarkis yang menghasilkan hal positif,malah akan menghasilkan kerugian bagi banyak pihak,dan harus diwaspadai adalah orang atau kelompok tertentu yang sengaja atau mengambil keuntungan dari hal ini.Kita tak ubahnya kembali ke jaman kolonial Belanda dengan politik adu dombanya.Kita seharusnya sadar dengan tindakan kita sendiri yang cenderung meledak-ledak secara emosi dan akhirnya menjadi anarkis,bisa jadi kita telah diadu domba oleh pihak tertentu.Kita seolah digiring kesuatu keadaan dan kondisi yang telah diset seperti yang mereka inginkan.Apa yang terlihat di berbagai media massa dan televisi bahwa ada 2 pihak yang sering bentrok,yaitu mahasiswa dan polisi,serta pedagang dan polisi pamong praja.Demokrasi seharusnya menjadi alat yang menyatukan berbagai perbedaan menjadi satu.Bukan malah menjadi Demo-crazy yang liar dan anarkis dan berujung bentrok dan merugikan dan merusak fasilitas umum.Jika hal ini terus berlanjut bukan tidak mungkin wajah bangsa yang terkenal dengan senyum dan keramahtamaan akan berubah menjadi wajah yang keras,kejam dan penuh dengan kecurigaan.
Solusi dari semua ini harus segera ditemukan dan segera diterapkan.Bangsa kita sudah terlanjur memakai prinsip “Tiba masa tiba akal”,bukan bangsa yang berprinsip “Sedia payung sebelum hujan”atau “lebih baik mencegah daripada mengobati”.Kita seperti sebuah pohon yang selalu membiarkan benalu tumbuh subur,lalu berusaha membasminya.Dan tanpa kita sadari terkadang bila benalu itu sudah terlanjur memenuhi pohon maka tidak ada jalan lain selain menebang pohonnya sekaligus.Tentu,masalah ini tidak bisa dipecahkan oleh pemerintah ataupun segelintir orang,masalah ini harus dipecahkan oleh seluruh komponen bangsa.Jangan sampai anarkis menjadi budaya baru bangsa dan menamba budaya buruk yang sudah ada dan masih menjadi poersoalan bangsa yaitu,korupsi,kolusi,nepotisme,dan mafia hukum.
Tolong,buat rekan-rekan yang sempat membaca tulisan ini agar menyempatkan memberi pendapatnya tentang solusi menghilangkan budaya anarkis.Mungkin pendapat kita tak sempat dilihat dan diperhaikan tapi setidaknya kita telah membuktikan kalau kita peduli sebagai anak bangsa.Terima kasih buat semua yang telah mau membuang waktunya untuk membaca tulisan saya.
The Adventures of Sherlock Holmes
Kindle Wireless Reading Device, Wi-Fi, 6" Display, Graphite - Latest GenerationThe Incredible Machine